Kamis, 10 April 2014

Daun.

Bagaimana mungkin sehelai daun bisa jatuh terhempas.
Jatuh hingga menapakkan tubuhnya hingga menyentuh tanah.
Tanah yang gersang.
Tanah yang sepertinya tak lagi memiliki kehidupan.

Entah apa yang dilakukan daun di bawah sana.
Bukankah seharusnya dia senang berada di atas sana.
Bersama tangkai-tangkai pohon yang bersigap tegak di atas akar raksasa.
Bersama alunan hembusan angin yang menyentuh tubuh mereka.

Apakah daun tak lagi diterima oleh pohon?
Apakah pohon memiliki rasa dendam terhadap daun?
Mengapa daun-daun yang lain tidak menolongnya saat jatuh?
Apakah mereka sudah tidak bersahabat lagi?

Mungkinkah persahabatan mereka sebatas hembusan angin yang datang?
Seandainya aku bisa melihat apa yang terjadi.
Mungkin aku bisa menghentikan jatuhnya daun ke tanah yang kering.
Entahlah, aku tak tau apa yang akan terjadi selanjutnya terhadap daun.

Anginpun membawanya pergi jauh meninggalkan si pohon raksasa.
Sekejap mata bayangan daun pun lenyap bersama hilangnya angin.
Entah kemana angin membawanya pergi.
Mungkinkah itu semua akhir dari perjalanan daun?

Sejenak ku merenung memandangi pohon di depan mataku.
Memandangi tiap helai daun yang ada disana.
Bergerak lembut seiring dengan hembusan angin.
Membuat mata seolah terhipnotis oleh gerakannya.

Semakin dalam ku memandanginya, semakin aku tersadar.
Bahwa daun tidaklah jauh berbeda dengan manusia.
Daun pun hanya makhluk kecil yang diciptakan oleh Tuhan.
Begitu juga dengan si pohon raksasa.

Mungkin kita hanya berfikir bahwa itu hanyalah daun.
Tapi mereka bernafas selayaknya kita menghirup dan menghela nafas.
Kita semua sama di mata Tuhan.
Kita semua milik Tuhan.
Dan kita semua akan kembali kepada Tuhan.

Jangan salahkan pohon jika daun jatuh.
Dan jangan kau bersedih jika daun berjatuhan di tanah bumi.
Semua terjadi atas kehendak Tuhan.
Karena Tuhan lah satu-satunya penguasa di muka bumi ini.

----------------------------------------------------------------------

Writer: Dilla Milliana Khoiria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar